Tinggalkan komentar

FATWA MUI TENTANG YOGA

oleh: Muslihah Razak
Al Qur’an dalam surat al-baqarah ayat 170-171 jelas-jelas mengakatkan bahwa KITA TIDAK PERLU MEMPERCAYAI PARA IMAM SECARA MEMBABI-BUTA

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.(170)

Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti (171)

Para Imam pun mengatakan dengan jelas:

Imam Hanafi:
“Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak
tahu dari mana kami mengambil sumbernya”

Imam Malik:
Saya hanyalah manusia terkadang salah dan terkadang benar, oleh
karena itu telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan al-Qur’an dan as-
Sunnah ambillah dan bila tidak sesuai tinggalkanlah

Imam Syafii:
“Bila kalian menemukan sesuatu dalam kitabku yang berlawanan dengan
hadits Rasulullah SAW, peganglah hadits Rasulullah itu dan
tinggalkan pendapatku”

Sekedar informasi:

1. 1000 tahun yang lalu sejarawan Arab termuka Al-Beruni menerjemahkan treatise Yoga dan kitab-kitab lain dari wilayah peradaban sindhu (dalam bahasa arab disebut hindu) ke bahasa arab. Magnum opusnya tentang hindustan masih diterbitkan.

2. 500-an tahun yang lalu Dara Shikoh, putra shahjahan yang membangun taj mahal – menerjemahkan upanishad ke bahasa parsi dan arab dan menyebutnya sebagai “kitab rahasia” yang disebut dalam al-Qur’an

3. Kurang dari 100 tahun yang lalu, Amir Hamzah untuk pertama kalinya menerjemahkan bahagavad gita dalam bahasa indonesia

4. Perintah Allah yang pertama kepada Baginda Rasullah SAW dalam surat Al’alaq ayat 1: “Iqro!” bacalah!

5. Nasihat rasul dalam satu hadits kepada kita: “tholabul ‘ilmi walau bis hin”, kejarlah ilmu hingga ke negeri shin

Mengapa kita tidak mau mengakui besarnya islam pada saat islam mau membuka diri, mau mengarifi, mengapresiasi,saling mengenal.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal(al-Hujuraat:13)

Sayang majelis ulama kita sekarang berkiblat pada kaum wahabi di saudi. Sekedar informasi tambahan:

1. Kaum wahabi awalnya ingin memusnahkan masjid nabawi dan makam baginda rasul
di Medina akarena dianggap bidah. Untung Muslim se-India dan Turki bergejolak, termasuk beberapa ulama besar dari Jawa dan sumatera, sehinnga niat jahat itu tidak terlaksana.

2. Buku pelajaran di arab saudi hingga hari ini masih memurtadkan semua penganut agama di luar Islam.

3. Toleransi dan apresiasi bukanlah saudi, karena itu tidak ada tempat ibadah bagi umat lain di saudi.

Semoga MUI tersadarkan segera dan tidak kehilangan wibawanya seperti majelis ulama di malaysia, dimana perdana menteri dan sultan selangoor sendirk menyatakan bahwa majelis ulama disana sudah bertindak secara berlebihan dengan mengeluarkan fatwa.

MUI harus percaya diri, bahwa kita memiliki sejarah panjang dan tradisi yang sangat kaya…kita harus bangga jadi MUSLIM INDONESIA..

SAYA PAHAM BETUL ARTI DAN KONSEKUENSI FATWA, maka ya begitulah….. Assalam…kedamaian untuk kita semua…

Tinggalkan komentar